Selasa, 14 Februari 2017

Resensi Novel "Lelaki Di Titik Nol" (Karya: Mustafa Mahmud)

Lelaki di Titik Nol
Judul                   : Rojulun Tahta Ash-Shifr
Pengarang           : Mustafa Mahmud
Penerbit               : NAVILA  Jl. Taman Siswa No. 97 Yogyakarta.
Cetakan Ke         : Ke-I, Desember 2000 Ke-II, Juli 2001
Tebal Buku         : 150 Halaman
Penerjemah         : Ulin Nuha dan Nursangadah
Editor                  : La Orde Arham
Desain Cover      : Ijonk
   Untuk pertama kalinya mahasiswa Sorbon menyadari bahwa ilmu yang di perolehnya tidak jauh berbeda dengan ilmu para mahasiswa Zanzy Al-Bida’i untuk pertama kalinya Amerika menyadari bahwa mereka tidak lebih kaya dari Rusia. Rusiapun tidak lebih canggih dari China. Penjajah juga mengakui bahwa mereka tidak berhak atas negara jajahannya. Umat Nasranipun menyadari bahwa surga tidak dianugrahkan khusus untuk mereka. Para hakim menyadari bahwa mereka bukanlah orang yang selalu adil dalam menegakkan keadilan ketimbang terdakwa.
Hingga menjelang akhir Januari 2003 ilmuwan India (Rojmanon) telah menemukan langkah awal yang menakjubkan. Beliau menaruh virus yang mematikan ini dalam ular untuk mencegah perkembangbiakannya.
Tahun 2061, manusia berusaha melangkah dengan segala kemampuannya. Menurut Ilmuwan Alam Indonesia, Timawa dapat mencegah neutron yaitu merubah inti atom menjadi atom terkecil dan menemukan misteri-misteri yang ada didalamnya. Energi atom yang dihasilkan begitu besar dengan perkiraan bahwa daerah tempat percobaan tersebut dapat hancur oleh jumlahmateri atom, yang menurutpenelitian beliau, Timawa lebih kecil dari kepala peniti. Ini berarti secara sederhana separuh bulatan aspirin, jika mengandung muatan neutron yang sempurna dapat membelah bumi menjadi dua seperti kita membelah jeruk atau bahkan kita memilah-milahnya menjadi beberapa potongan kecil yang berserakan diatas cakrawala. “Sebenarnya kita telah berfikir tentang semua atom dan kita telah mempelajari karateristik setiap atom, kecuali sebuah atom yang paling penting sekali.” Jelas Rosita.Dari dialog itu kita bisa melihat bagaimana peran dan posisi manusia dalam alam semesta. Meskipun ilu pengetahuan manusia sudah sedemikian jauh, namun toh ada misteri yang tidak mampu dipecahkan oleh manusia modern, seperti misteri cinta. Filsafat materialisme barat (Yunani) meletakkan ukuran benar dan salah pada fakta-fakta empiris. Empirisme ini cenderung mengabaikan hal yang tidak nyata (ghoiru maujud), dan segala sesuatu harus dapat dibuktikan dengan nalar. Sesuatu yang tidak nalar, tidak rasional, tidak dapat diyakini kebenarannya, dan tidak dapat dijadikan dasar dari kebenaran ilmiah. Manusia modern mengidentikkan diri dengan rasionalitas. Kebenaran baru bisa disebut benar jika dapat dikaji secara ilmiah, dan dapat dibuktikan secara rasional. Dan jika tidak dapat dikaji serta dibuktikan secara ilmiah-rasional, maka disebut primitif. Karena iti manusia modern didefinisikan sebagai manusia pembuatan dan tingkah lakunya selalu berdasar norma-norma kebenaran ilmiah. Sedang manusia primitif diidentifikasikan sebagai manusia yang berbuat dan bertindak berdasarkan perasaan , tidak ilmiah, tidak rasional. Namun apakah sesederhana itu persoalannya? Bukankah kita tahu Tuhan, malaikat, jin, setan, dan perasaan jiwa (hati) juga tidak tampak? Bukankah perasaan kasih, sayang,cinta, rindu, benci, sedih, semuanya itu juga tidak rasional? Tidak bisa dibuktikan secara ilmiah? Meskipun demikian kita semua dapat merasakan kehadirannya, melihat akibat yang ditimbulkan dari kehadiran sesuatu yang tidak “empiris” itu?Ternyata definisi manusiamodern yang serba rasional itu gamang, ketika disodorkan teori “Atom Cinta”. Tidak ilmiah, irrasional, namun toh ada dan diyakini keberadaannya.
Meskipun banyak orang mencoba menafsirkan dan mengkaji perasaan tersebut secara ilmiah, seperti Dr. Syahin yang menjadikan bulan madu sebagai kerja spesial dalam bidang kemagnetan dan kelistrikan, namun toh misteri cinta tidak mampu dijawab.Dalam kisah ini disebutkan, Dr. Syahin melewatkan bulan madunya di laboratorium. Dan dengan cerdik penulis mempertentangkan dua pandangan yang berbeda (rasionaldan irrasional) antara dua manusiamodern. Rosita mengatakan bahwa sekitar tubuh Dr. Syahin merupakan bidang magnet yang menarik dirinya, hingga dirinya berputar ditempat edar, dan bahwainti elektron yang merayap dalam jiwa tak akan dapat merasakan getaran kecuali setelah bidang tarik itu menggambarkan luapan cinta magnetik yang ada. Dan tentu saja pembaca dapat menebak kemana arah dan maksud pembicaraan Rosita, kekasih sekaligus istri Dr. Syahin itu.Lalu pada bagian lain penulis mencemooh sikap yang terlalu mendewa-dewakan rasionalitas itu dengan bahasa yang menarik, pemandangan yangada didepan mata kita saat ini benar-benar pemandangan yang langka. Dr. Syahin mencium Rosita dengan keras seraya menyentuh dan meraba-raba jantung Rosita, hingga tersibak tirai relung-relung jiwa, menembus kedalamnya sampai kedasarnya, kemudian terhanyut dalam nafsu birahi, dengan jurus-jurus pendekatan seorang ahli listrik dan magneter setelah merangsang Rosita dengan ciuman.
  Walau novel ini banyak menggunakan istilah-istilah ilmu pengetahuan, namun karena gaya bahasa yang mengalir dari penulisnya, membuat pembaca yang mungkin asing dengan dunia “pengembaraan intelektual” itu tidak akan merasa kesulitan untuk mengikuti alur cerita ini. Penulis, Mustafa Mahmud juga tidak ingin menggurui kita dengan mencoba menerangkan maksud cerita. Ia membiarkan pembaca mencari sendiri tema dan ide cerita. Buku yang diterbitkan oleh NAVILA ini disusun secara baik dengan penempatan kata-kata mutiara yang membuat esensi buku menjadi lebih menarik, dan cocok dibaca oleh anak-anak remaja karena terdapat kata-kata ilmiah yeng dapat menambah wawasan pengetahuan.Terlepas dari itu semua, dalam buku ini terdapat kata-kata yang kurang dipahami bagi pembaca pemula, seperti “seorang pemikir paham materialisme” (hal 9), “membisu seribu bahasa, iaberusaha berfikir obyektif, netral,jernih tanpa prasangka, praduga, syakwa, dan tendensi” (hal 92). Alangkah baiknya penulis menggunakan kata yang tidak asing didengar oleh telinga pembaca. Meskipun demikian, kekurangan yang sedikit tersebut tidak mengurangi esensi dari buku ini.
Semoga bermanfaat. Selamat membaca :-)

Pondok Pesantren Nurul 'Ulum Pasunggingan

Pondok Pesantren Nurul Ulum atau yang biasa disingkat  PPNU, adalah salah satu pesantren yang berada di desa Pasunggingan kecamatan Pengadegan Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah. Tepatnya di Jalan Raya Pasunggingan Km 1,5 dusun Kemangunan Rt 26 Rw 10 yang didirikan oleh K. Rokhedi dan diresmikan 24 Juli 2006 oleh bapak Drs. H. Triyono Budi Sasongko yang saat itu masih menjabat sebagai Bupati Purbalingga.

Ponpes ini didirikan beberapa tahun setelah K. Rokhedi pulang menuntut ilmu di ponpes Nurul Huda, salah satu ponpes besar pimpinan K.H. Ibrahim Zuhdi di Kabupaten Jember, Jawa Timur. Atas  usulan dari warga sekitar, untuk membuat tempat ngaji dan kemudian muncul usulan agar mendirikan pondok pesantren yang kemudian diberi nama Nurul Ulum / PPNU.

Lokasi ponpes Nurul Ulum

Seiring dengan perjalanan waktu, santri yang berdatangan menimba ilmu semakin banyak dan beragam. Kenyataan tersebut telah mendorong Pondok Pesantren Nurul Ulum melakukan perubahan kebijakan yang berkaitan dengan pendidikan. Selain mengaji kitab kuning, terdapat juga TPQ dan Madrasah Diniyah yang 1 lokasi dengan lingkungan ponpes.

Kegiatan mengaji kitab kuning santri PPNU

Profil Ponpes

Nama : Pondok Pesantren Nurul Ulum
NSSP       : 510033030050
Kategori : Salafiyah
Pimpinan : K. Rokhedi
Alamat : Jln. Raya Pasunggingan Km 1,5 
dusun Kemangunan Rt 26 Rw 10 
desa Pasunggingan kecamatan Pengadegan 53393
kab. Purbalingga - Jawa Tengah
Cp : 081327645237

Sumber: https://appasnews.blogspot.co.id/2015/09/pondok-pesantren-nurul-ulum.html?showComment=1487059019260#c167769374304754364

Senin, 13 Februari 2017

Asal-usul Desa Pasunggingan


 

  Pada jaman dahulu Desa Pasunggingan masih menjadi alas atau hutan rimba yang tidak ada seorangpun berani masuk ke wilayah tersebut sebab wilayah tersebut dikuasai oleh bangsa lelembut yang sangat ganas dan menakutkan. Disitu seolah –olah tidak ada kehidupan di alam nyata. Pada masa itu disana sini sedang dijajah oleh Bangsa Belanda. Namun diwilayah ini belum bisa dijamah oleh manusia satupun. Dalam penglihatan mata manusia, wilayah ini sangat gelap dan menyeramkan. Walaupun bangsa belanda terkenal pemberani, namun bangsa belanda sama sekali tidak berani mencoba menginjakan kaki diwilayah ini. Setelah wilayah – wilayah lain telah dikuasai oleh bangsa belanda, belanda ingin mencoba masuk ke wilayah tersebut, namun selalu gagal karena bangsa lelembut sangat geram dan mengancam : ‘’ kalau ada bangsa manusia yang berani masuk ke wilayah kekuasaanku maka akan kami lenyapkan dari muka bumi dan menjadi pengikut pengikutku ‘’. Telah banyak manusia yang mencoba memaksa masuk ke wilayah tersebut namun tak pernah ada yang bisa kembali satu orangpun, baik bangsa manusia lokal atau pribumi maupun bangsa penjajah pada saat itu. Masa ini berjalan sampai berpuluh-puluh tahun lamanya dan tidak ada seorangpun yang berhasil memasuki wilayah ini dengan selamat.
     Pada saat itu, bangsa penjajah yang sangat gagah dan berani tidak ada yang bisa menguasai wilayah tersebut, sampai dibawakan peralatan-peralatan mutakhir yang digunakan untuk mendeteksi wilayah termasuk paranormal jawa tidak ada yang berhasil. Setelah datangnya musafir dari wilayah padepokan yang memiliki kadigyaan dan karibawan tinggi masuk ke wilayah tersebut, bangsa lelembut merasa terusik. Oleh karena itu, bangsa lelembut mulai berunding untuk melakukan pencegahan agar wilayahnya jangan sampai dikuasai oleh bangsa manusia. Berkali-kali bangsa lelembut mulai marah dan geram pada manusia yang pertama kali berani mencoba mengusik ketenangannya. Dengan membawa beberapa rombongan manusia Mbah Subahir dapat membuka hutan wilayah ini untuk dijadikan sebuah kampung sebagai tempat tinggal bersama pengikut-pengikutnya yang datang berombongan. Akhirnya, berdirilah sebuah kampung baru, namun belum dinamai karena masih harus menyisihkan bangsa lelembut yang tidak mudah dikalahkan. Pendudukpun mulai dapat berkembang, namun ilmu agama dan kebatinanpun tidak ketinggalan. Mbah Subahir selalu mengajarkan ilmunya dengan tujuan agar manusia tidak mudah diganggu dan dikuasai oleh para lelembut yang selalu mengincar manusia untuk dijadikan pengikut dan budak para lelembut. Apabila manusia imannya lemah maka manusia itu sangat mudah untuk dipengaruhi bangsa lelmbut.
Karena beberapa daerah dikuasai oleh bangsa penjajah, maka wilayah ini mulai diintai mata-mata penjajah Belanda untuk memperluas daerah jajahan dan meminta salah seorang pengikut Mbah Subahir  yang sakti mandraguna untuk diajak kerjasama menaklukan wilayah ini, namun para pengikut Mbah Subahir tidak mudah dipengaruhi untuk bekerja sama dengan penjajah. Pada saat itu memang Indonesia sedang berada digenggaman tangan-tangan belanda yang sudah cukup lama, seluruh wilayah Indonesia sudah berhasil dikuasai. Namun, cita-cita Mbah Subahir ingin Negara Indonesia merdeka dan lepas dari belenggu tangan penjajah.
     Dengan menyebarluaskan ilmu agama dapat memperkuat kebatinan kepada Sang Pencipta. Bangsa lelembut juga tidak kalah menyusun kekuatan yang tujuannya untuk mengganggu kehidupan bangsa manusia dimuka bumi. Ketua bangsa lelembut menyusun strategi agar Mbah Subahir beserta pengikutnya dapat disingkirkan dari wilayah ini.
Bangsa Belandapun tidak mau kalah untuk menyusun strategi ingin menundukan Mbah Subahir beserta pengikutnya. Namun malah dimanfaatkan oleh Mbah Subahir itu sendiri. Bangsa lelembut dan dengan penjajah untuk bertarung terlebih dahulu di medan laga sebelum melawan Mbah Subahir.
     Pertempuran yang terjadi antara bangsa lelembut dengan bangsa penjajah tidak bisa dielakan lagi, bangsa belanda banyak yang menjadi korban,begitu juga bangsa lelembut. Setelah belanda kalah, bangsa lelembutpun tinggal berhadapan dengan pasukan Mbah Subahir. Akhirnya terjadi pertumpahan darah yang sangat dahsyat, bangsa lelembutpun membuat perjanjian dengan Mbah Subahir , Mbah Subahirpun menyetujui perjanjian tersebut. “ Aku menyetujui kekalahan ini, namun anak keturunan dan dari pengikutnya Mbah Subahir yang tidak mau membuat  penghormatan pada hari kelahirannya maka akan aku jadikan pengikut-pengikutku ''.  Maksud dari penghormatan adalah pada malam kelahiranya dibuatkan bubur abang putih sebagai perlambangan yang dapat memenuhi  unsur kekuatan.

     Bangsa lelembutpun akhirnya memutuskan untuk menyebrang meninggalkan tanah jawa, namun masih tetap menggangu manusia. Mengingat pertempuran yang menelan banyak korban pertumpahan darah, maka Mbah Subahir member nama‘’PASUNGGINGAN“ yang mengandung arti dipapah, diusung, ana ing pengging, Hyang ana ing Khayangan. Pengging berarti pertumpahan darah. Begitulah cerita Sejarah Desa Pasunggingan. 
 
Sumber:  http://miswansaputra.blogspot.co.id/